Rabu, 18 April 2012

tentang tiba tiba malam

Tentang tiba-tiba malam
Karya Putu Wijaya



Novel ini dimulai oleh Sunatha, tokoh yang dimunculkan oleh Putu, baru saja saja menikah dengan Utari, gadis Tabanan nan cantik dan bunga desa. Banyak pemuda yang tak rela atas pernikahan itu. Ngurah, misalnya, lelaki paling kaya dan satu-satunya orang yang punya mobil di desa itu tidak habis mengerti kenapa Utari mau menikah dengan Sunatha yang hanya seorang guru SMP. Ketidakrelaan atau lebih tepatnya iri itu bahkan memunculkam desas-desus, Utari di guna-guna.
Konflik muncul beriring sas-sus. Sehari setelah pernikahan, saat Sunatha berada dikapal menuju Kupang untuk mengajar, Utari berteriak-teriak tak karuan seperti orang gila. Bahkan dalam teriakannya Utari mengatakan dirinya di guna-guna. Hal yang membuat meme (ibu) Utari yang ikut mengantarkan Sunatha mulai yakin ada yang tak beres dalam perkawinan anaknya. Tidak hanya di Tabanan, sampai di desa, Utari terus saja berteriak-teriak. Bahkan Utari tidak mau tinggal di rumah Sunatha. Subali, ayah Sunatha sampai menampar utari karena sikap itu. Tetapi Utari bergeming, tetap tak mau di rumah mertua.
Di sisi lain, kepergian Sunatha yang hanya sehari setelah pernikahan, membuat warga marah. Sunatha dianggap menyalahi aturan adat dan akan ada bencana bagi desa akibat kepergian Sunatha. Maka, keputusan pun ditetapkan. Keluarga sunatha harus di karma(kucilkan) desa. Tidak boleh lewat jalan desa, tidak mendapatkan subak, tak boleh mengikuti pertemuan, ke pura, bahkan mayat keluarganya tak boleh dikuburkan di desa itu. Warga menjadi semakin geram, karena sebelumnya beberapakali Subali tidak datang ke pertemuan desa.
Utari yang terus berteriak-teriak menjadi kesempatan bagi Ngurah. Dengan alasan berobat, utari diajak ke Tabanan. Menjadi klise, karena orang tua utari merelakan dan Utari sendiri malah terjerumus menyukai Ngurah. Tidak berhenti disitu, utari-ngurah malah sepakat untuk melarikan diri. Mereka pun pergi ke Banyuwangi. Di Banyuwangi pula, Utari yang masih perawan itu menyerahkan keperawanannya kepada Ngurah.
Bertumpuklah derita keluarga Sunatha. Meme-nya, yang sudah sejak dulu menderita batuk-batuk, menjadi semakin parah.



Subali sendiri, yang seharusnya tulang punggung keluarga justru terbujuk rayuan David untuk meninggalkan desa. David, digambarkan Putu sebagai orang bule yang datang ke desa itu tanpa tujuan jelas. Ia hanya mencatat dan memotret sikap dan perilaku penduduk desa. Tetapi, dialah yang mengenalkan Subali dengan dunia luar; tuak, perempuan dan belenggu desa. Sayang, pengambaran karakter David sepotong-sepotong.
Subali sendiri, setelah perkenalan dengan dunia luar itu menjadi kehilangan jatidiri. Bahkan Malu saat bertemu warga, untuk mandi di sungai pun, ia harus malam hari. Lama-kelamaan, Subali malah menjadi linglung.
Sunitilah akhirnya yang harus menjadi tulang punggung keluarga; merawat meme, menanam padi. Suniti melewati semua itu sendirian. Berbulan-bulan keadaan itu. Bahkan, Weda, pacar Suniti pun akhirnya putus dengannya. Sementara, komunikasi antara Sunatha dengan Suniti hanya berdasar surat-surat belaka. Tak lebih. Tetapi dari keadaan menjepit itulah, Suniti justru menjadi menjadi pribadi yang kuat. Ia tidak mengharapkan lagi akan sikap ayahnya. Ia pun menjadi gadis yang mandiri. Sayang, meme akhirnya meninggal.
Saat iring-iringan mayat yang hanya dihadiri oleh beberapa orang itu, Sunatha datang. Toh pemakaman harus dilanjutkan. Sunatha mengikuti prosesi pemakaman ibunya. Usai dipemakanan, suniti cerita tentang utari, ngurah ditambah keterangan yang diberi oleh weda. Sunatha tak dapat menahan diri. Didatanginya Utari dan terjadilah perkelahian antara Ngurah dengan Sunatha. Sikap Sunatha malah membuat warga desa simpati kepada Ngurah. Akibatnya, mayat ibunya yang sudah dikuburkan, dibongkar lagi oleh warga dan diletakkan di depan rumah Sunatha.
Sayang, meskin novel ini bertutur dengan sederhana, dibeberapa penggambaran tokoh masih terlihat patah-patah, bahkan acap berubah. Ngurah, misalnya, yang diawal digambarkan sebagai orang kaya dengan segala keangkuhannya bahkan mempunyai tukang pukul bernama Renti tiba-tiba diakhir-akhir tulisan menjadi orang baik yang bahkan melindungi Sunatha dari amukan masa. Sikap paradoks juga ditunjukkan oleh masyarakat saat desa yang berat sebelah. Kenapa tidak ada respon sama sekali saat Ngurah yang melarikan Utari? Bahkan saat Utari mengandung sekalipun!. Sikap masyarakat yang sangat kejam terhadap keluarga Sunatha disatu sisi, dan disisi lain menjadi begitu pemaaf saat berhadapan dengan Ngurah menjadi sangat menganggu bagi alur ini. Apakah karena kekayaan Ngurah?.
Kelemahan kedua, adalah Subali, ayah Sunatha itu. Pilihan David menjatuhkan Subali sebagai orang yang akan mengubah desa menjadi kabur karena perselisihan antara Subali dengan warga desa tidak ditunjukkan sebelumnya. Sementara, sebagai orang tua, rasa-rasanya tidak pas, diajak untuk datang ke tempat hiburan-hiburan malam. Dan Utari sendiri, kenapa begitu mudah terjerat Ngurah? Kenapa dengan tiba-tiba ia menjerit-njerit tak habis-habis? Apakah karena guna-guna Ngurah? Sebegitu rapuhkah utari? Sehingga hanya selang beberapa hari sudah berpindah ke pelukan ngurah?.
Tetapi toh meski kadang terbalik-balik, novel ini tetap menghibur terutama saat menampilkan sosok Suniti. Yang meski karena keterpaksaan menjadi tulang punggung keluarga, dia menjadi perempuan tabah dan mandiri. Sikap yang luar biasa. Novel ini juga bisa menjadi referensi tambahan tentang novel-novel bali yang sudah ditulis sebelumnya seperti Tarian Bumi-nya Oka Rusmini, atau Kembang Jepun-nya Putu Fajar Arcana. Masing-masing, dengan hasil pengetahaun yang mereka miliki, dengan latar belakang dan ‘disiplin’ pengalaman hidup mereka mempunyai kekuatan dalam membuat alur. Tetapi masih tentang bali. Oka Rusmini dengan semangat gender-nya, Fajar dengan kacamata jurnalisnya dan Putu sendiri yang malang melintang di dunia teater.
Perbedaan latar yang menghasilkan karya yang menarik, Oka Rusmini, dengan semangat gender mengakhiri konflik dengan berpindahnya kasta demi mendapatkan cinta. Putu Fajar, dalam sebuah cerita memunculkan pergulatan kematian seorang ayah yang idealis dengan melakukan penguburan sendiri. Sementara, Putu Wijaya, mengakhiri tulisan dengan semua kembali kepada titik nol.
Bali memang sumber inspirasi. Suasana alamnya, orang-orangnya dan tentu saja adatnya. Menjadi menarik untuk ditelisik, termasuk novel Putu Wijaya ini. Apalagi, Putu sendiri adalah seorang kelahiran Tabanan yang tentu fasih berbicara tentang masyarakat Bali dengan segala konfliknya.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/04/ingin-bebas-utang-di-tanggal-tua-ini.html

QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS |
-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
• BandarQ
• AduQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker.
• Sakong
• Bandar66
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
• BB : 2B3D83BE
Come & Join Us!

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management